Ketika Shi Woon sadar kembali, dia tahu-tahu sudah dikelilingi oleh banyak orang. Ekspresi wajah orang-orang yang mengerumuninya itu bercampur antara takjub, takut, heran dan mual.
Perlahan-lahan Shi Woon berusaha menggerakkan tubuhnya. Tapi anehnya, tindakannya itu membuat orang-orang di sekelilingnya langsung bergerak menjauh, bahkan ada yang langsung lari.
Ada apa ini? tanya Shi Woon dalam hati.
Sambil mengerang pelan, Shi Woon bangkit dengan bertumpu dengan kedua tangannya. Pemuda itu lalu tertegun melihat pemandangan di sekitarnya. Seluruh aspal tempatnya berbaring tadi tampak berwarna merah karena darahnya sendiri. Shi Woon lalu memandangi tubuhnya yang juga berlumuran darah.
Apa yang terjadi.....pada....ku....?
Perlahan-lahan Shi Woon ingat apa yang baru saja terjadi padanya. Dia dan Jin Hye tadi sedang berlari menyebrang jalan, tapi mereka tidak menyadari kalau lampu lalu lintas masih berwarna hijau. Tapi setelah itu semuanya kabur. Shi Woon lalu melihat sebuah truk yang tampak parkir melintang di tengah jalan. Seketika itu juga, Shi Woon menyadari apa yang telah terjadi pada dirinya.
Dia dan Jin Hye baru saja ditabrak truk!
“JIN HYE!!!”
Shi Woon langsung berlari menghampiri kerumunan orang yang berkumpul di satu sisi jalan. Jantung Shi Woon nyaris berhenti saat itu juga, ketika mendapati Jin Hye terbaring di atas aspal dengan luka parah di sekujur tubuhnya.
“JIN HYE!!!” sekali lagi Shi Woon memanggil nama gadis itu.
Sayangnya Jin Hye sudah tidak bisa mendengar panggilan Shi Woon. Tapi Shi Woon tahu kalau gadis itu masih hidup.
“Apa yang kalian lakukan!? Kenapa bengong saja!!! Panggil ambulans!!!!!” jerit Shi Woon sambil memeluk tubuh Jin Hye.
Beberapa orang disekitar Shi Woon tampak buru-buru mengeluarkan ponsel masing-masing. Sementara itu Shi Woon terus berusaha memanggil nama Jin Hye. Shi Woon saat itu tidak bisa memikirkan apapun kecuali Jin Hye.
Jin Hye!! Jangan tinggalkan aku!!!
*****
Shi Woon berjalan mondar-mandir di dalam lorong rumah sakit. Baru tadi siang dia pergi meninggalkan tempat ini, tapi sekarang dia harus kembali lagi ke tempat itu.
Pikiran Shi Woon semakin tidak karuan, terutama karena kondisi Jin Hye sudah sangat kritis saat datang ke ruang UGD. Hal itu membuat hati pemuda itu terasa diiris-iris. Menyaksikan gadis yang dia cintai meregang nyawa di depan matanya adalah sesuatu yang mengerikan.
Tapi di sisi lain Shi Woon juga bertanya-tanya, kenapa dia selamat tanpa luka sama sekali? Padahal pakaiannya tampak robek-robek tidak karuan dan berlumuran darah.
Kenapa aku bisa selamat!? Aku yakin aku juga tertabrak truk itu! Pakaianku juga jadi tidak karuan seperti ini! Darah juga ada dimana-mana! Tapi kemana semua luka yang seharusnya kuderita? Shi Woon bertanya pada dirinya sendiri.
Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka di belakang Shi Woon. Pemuda itu langsung berbalik dan berhadapan dengan seorang dokter yang bertampang murung.
“Dokter! Bagaimana kondisi Jin Hye?!” seru Shi Woon tanpa basa-basi.
“Kau harus tabah. Kami sudah berusaha....tapi dengan kondisi separah itu, dia mungkin tidak akan bertahan sampai besok pagi. Kami sudah menghubungi orangtuanya melalui nomor telepon yang kau berikan tadi. Mereka akan segera sampai disini,” ujar dokter itu sambil berjalan melewati Shi Woon dan menepuk pundak pemuda itu dengan lembut. “Pergilah ke sisinya. Aku yakin dia ingin bertemu denganmu.”
Alih-alih menuruti perkataan dokter itu, Shi Woon justru berlari melintasi lorong lalu menghambur keluar dari rumah sakit. Begitu sampai diluar, Shi Woon langsung berseru sekuat tenaga.
“KALAU KALIAN MENDENGARKU!!!! DATANGLAH PADAKU!!! Ecnahc Dnoces!!!”
Shi Woon menunggu cukup lama. Dia mengabaikan tatapan heran dan takut dari orang-orang di sekitarnya. Tapi tidak terjadi apa-apa.
“Sialan! Kenapa ini bisa terjadi!!??” seru Shi Woon marah bercampur sedih. Air mata kesedihan mulai mengalir di pipinya. Dia tidak sanggup membayangkan dirinya akan kehilangan Jin Hye.
“Loh? Kau datang kesini lagi? Ada apa?”
Tiba-tiba Shi Woon mendengar suara familiar di belakangnya. Dengan segera dia berbalik dan mendapati dirinya sedang berhadapan dengan Visha dan Xeon. Pemuda itu juga menyadari kalau dirinya tahu-tahu sudah berada di dalam ruangan Ecnahc Dnoces.
“Kalian!!” seru Shi Woon sambil bergegas menghampiri Xeon. “Apa aku bisa menukarkan sesuatu untuk orang lain?! Apa aku bisa?!”
“Tentu saja bisa. Selama apa yang kau tukarkan dan yang kau minta itu setara,” ujar Xeon dengan datar. “Tapi sebelum kau meminta apapun, biar kuberitahu sesuatu padamu. Kejadian yang baru saja menimpa Jin Hye itu adalah sesuatu yang tidak terelakkan.”
“Apa maksudmu?!” seru Shi Woon heran.
“Ehm...begini. Beberapa saat setelah kau datang ke Ecnahc Dnoces, gadis yang bernama Jin Hye itu datang ke tempat kami. Dia berniat untuk menukarkan masa depannya dengan kesembuhanmu. Aku sudah berusaha mencegahnya, tapi dia bersikeras untuk melakukan pertukaran itu,” ujar Visha sambil berjalan mendekati Shi Woon. “Jadi kami menukarkan masa depannya untuk mendapatkan tubuh yang tidak bisa sakit milikmu itu. Tubuhmu itu tidak akan pernah sakit dan terluka. Tidak peduli separah apapun penyakit dan luka yang akan kau derita, tubuhmu itu akan segera pulih dalam waktu singkat.”
Shi Woon tersentak kaget dan mundur perlahan.
“A...apa? Ja...jadi?!”
“Benar. Tubuhmu itu hasil pertukaran yang dilakukan oleh Jin Hye. Hanya saja dengan menukarkan masa depannya, itu artinya dia menukarkan nyawanya sendiri. Gadis itu sudah kehilangan masa depannya, jadi dia itu bisa mati dalam waktu dekat,” sahut Xeon tanpa emosi sama sekali. “Ternyata kematiannya terjadi terlalu cepat. Sayang sekali.”
Shi Woonlangsung berang dan merenggut kerah baju Xeon.
“Kurang ajar!!! Kembalikan masa depannya!!!” bentak Shi Woon.
“Tidak bisa. Dia harus menebus sendiri apa yang dia tukarkan,” balas Xeon singkat.
Ucapan Xeon membuat Shi Woon nyaris menghajar pria itu, untung saja Visha buru-buru mencegahnya.
“Jangan mengamuk dulu! Kau masih punya kesempatan untuk menyelamatkan nyawanya!” seru Visha sambil meraih tangan Shi Woon. “Ingat! Tubuhmu itu hasil pertukaran yang dilakukan Jin Hye. Itu artinya kau masih bisa menukarkan bakatmu untuk kesembuhannya!”
Begitu mendengar perkataan Visha, Shi Woon langsung melepaskan kerah baju Visha. Ekspresi wajah pemuda itu langsung berubah menjadi lebih cerah.
“Be...benarkah?! Apa aku benar-benar bisa melakukan itu?! Apa dengan menukarkan bakatku, aku bisa menyelamatkan nyawanya?!” tanya Shi Woon penuh harap.
“Tentu saja,” ujar Visha sambil nyengir lebar. “Yang perlu kau lakukan adalah meminta pada kami.”
Shi Woon tidak perlu berpikir dua kali untuk melakukan transaksi kali ini.
“Aku akan menukarkan bakat musikku supaya Jin Hye kembali sehat dan bisa bersamaku lagi!” ujar Shi Woon.
Begitu mendengar ucapan Shi Woon, Xeon langsung mengangkat sebelah tangannya. Pria itu lalu menjentikkan jarinya dan suara letupan keras itu kembali terdengar. Suara itu kembali membuat Shi Woon menutup kedua telinga dan matanya. Kemudian suara Xeon kembali terdengar menggema di dalam kepalanya.
“Pertukaran sudah terlaksana. Nikmatilah sosok Jin Hye yang sudah sehat kembali.”
Shi Woon langsung membuka matanya dan segera berlari masuk ke dalam rumah sakit, lalu menghambur ke dalam ruang UGD tempat Jin Hye berada. Tapi sesampainya dia di ruangan itu, Shi Woon terpaku ditempat.
Di ruangan itu terdapat beberapa orang perawat, seorang dokter, serta kedua orang tua Jin Nye. Orang tua Jin Hye tampak menangis sedih, sementara dokter yang menangani gadis itu tampak muram.
Seketika itu juga Shi Woon sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi. Kepalanya langsung berputar-putar. Dia lalu menatap ke arah dipan, ke arah sosok Jin Hye yang terbaring kaku, dengan sepotong kain putih yang menutupi wajahnya.
Tidak! Tidak! TIDAK!! Ini tidak mungkin terjadi!! Aku baru saja meminta agar nyawanya bisa diselamatkan! Ini tidak mungkin!!
“JIN HYE!!” seru Shi Woon pilu sambil berlari menghampiri tubuh Jin Hye yang sudah kaku.
“Tidak usah teriak-teriak. Aku tidak tuli!” ujar Jin Hye dari balik kain putih yang menutupi wajahnya. Gadis itu lalu bangun perlahan-lahan.
Seketika itu juga, semua orang yang ada di ruangan itu terlonjak kaget. Salah seorang perawat malah langsung pingsan. Tapi Shi Woon justru menghambur ke arah Jin Hye dan memeluknya, tanpa mempedulikan kalau di sampingnya ada orang tua dari gadis itu. Shi Woon tidak bisa menahan rasa bahagia karena harapannya benar-benar terwujud. Jin Hye benar-benar kembali sehat! Seluruh luka di tubuh Jin Hye kini sudah menghilang, meski bercak-bercak darah masih memenuhi tubuh gadis itu.
“Hei! Lepaskan! Disampingmu itu ada ayah dan ibuku! Dasar bodoh!” seru Jin Hye sambil berusaha melepaskan pelukan Shi Woon. Tapi pada akhirnya dia malah balas memeluk tubuh Shi Woon dengan lembut. “Aku senang kau selamat. Tadinya kupikir kau akan mati bersama diriku. Tapi rupanya apa yang kuminta Ecnahc Dnoces itu benar-benar terwujud ya.”
Shi Woon mengangguk. Dia benar-benar bersyukur karena Ecnahc Dnoces itu benar-benar nyata. Tapi ketika Shi Woon memeluk tubuh Jin Hye, dia merasakan ada sesuatu yang salah dengan tubuh gadis itu. Perlahan-lahan Shi Woon melepaskan pelukannya.
“Jin Hye? Apa kau tidak merasa ada yang aneh dengan tubuhmu?” tanya Shi Woon sambil meraih pergelangan tangan gadis itu.
“Hah? Apa maksudmu?” balas Jin Hye keheranan. “Aku baru saja bangkit dari kematian dan seluruh lukaku sembuh seketika. Apa kau pikir itu tidak cukup aneh?”
Shi Woon masih terdiam dan perlahan-lahan wajahnya menjadi pucat ketika menyadari apa yang salah pada tubuh Jin Hye. Dengan suara bergetar, pemuda itu berkata pada gadis yang dia cintai itu.
“Jin...Hye.....tanganmu dingin. Nadimu tidak berdenyut. Dan ketika memelukmu tadi....a....aku tidak mendengar suara detak jantungmu....” ujar Shi Woon terbata-bata karena shock. “A...apa yang terjadi pada tubuhmu?!”
Jin Hye hanya bisa melongo ketika mendengar perkataan Shi Woon.
*****
“Apa maksudnya ini!!!??”
Shi Woon berseru keras sambil menggebrak meja resepsionis di depannya. Pemuda itu benar-benar jengkel karena merasa dipermainkan oleh Xeon, sang manajer Ecnahc Dnoces.
“Kenapa? Bukankah kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan?” tanya Xeon dengan nada datar seperti biasa. “Jin Hye sudah sehat kembali, bahkan bangkit dari kematiannya. Apa itu tidak cukup? Kalau itu tidak cukup, kau harus menukarkan lebih banyak benda lagi.”
Shi Woon ingin sekali melompat ke balik meja resepsionis itu dan menghajar Xeon hingga babak belur, tapi dia masih berusaha menahan diri.
“Tenang...tenang! Jangan marah-marah begitu dong,” ujar Visha dengan santai.
“Apa yang sebenarnya kalian lakukan pada Jin Hye?! Dia memang hidup kembali dan sudah sembuh dari semua lukanya! Tapi kenapa tubuhnya tetap ‘mati’?! Jantungnya tidak berdetak, nadinya tidak berdenyut, dan tubuhnya terasa dingin?!” seru Shi Woon pada Visha.
Visha langsung terlihat salah tingkah. Begitu mendengar ucapan Shi Woon.
“Ehm...begini....ada.....sedikit masalah waktu kau meminta agar Jin Hye sehat kembali. Kau tahu? Saat kau selesai melakukan pertukaran dengan kami, gadis itu baru saja meninggal. Tapi berhubung kami tidak bisa membatalkan kontrak denganmu, jadi kami berikan gantinya. Jin Hye tetap kami bangkitkan kembali dari kematian, tapi tidak sepenuhnya ‘hidup’, berhubung harga nyawa seseorang itu mahal sekali dan hanya bisa dibayar dengan nyawa, atau yang setara. Bakat yang kau tukarkan tentu tidak cukup untuk membayar nyawa gadis itu,” ujar Visha dengan nada ragu, tapi dia lalu nyengir lebar. “Yah, lihat sisi baiknya! Dengan tubuh yang seperti itu, kau kan jadi abadi. Dan berhubung Jin Hye juga tidak sepenuhnya ‘hidup’, dia juga tidak bisa mati lagi dengan cara biasa. Bukankah itu bagus sekali?”
Shi Woon langsung menggebrak meja lagi dengan marah.
“Apanya yang bagus?! Kami jadi seperti monster sekarang!!!” bentak Shi Woon lagi, tapi kali ini suaranya mulai bergetar karena sudah bingung, apakah ingin marah atau ingin menangis.
“Apa kau ingin mendapatkan tubuhmu dan nyawa Jin Hye kembali?”
Tiba-tiba Xeon berbicara dengan nada datarnya yang khas.
“Hah?” balas Shi Woon.
“Kalau kau menukarkan 100 tahun pengabdianmu dan pengabdian Jin Hye padaku, aku akan mengembalikan kondisi tubuhmu dan nyawa gadis itu seperti semula. Tapi tentu saja setelah masa pengabdian kalian berdua berakhir,” ujar Xeon sambil menatap mata Shi Woon.
Shi Woon membalas pandangan Xeon dengan tatapan marah bercampur pasrah. Pemuda itu akhirnya menunduk lesu dan berkata dengan nada muram. “Ba.....baiklah....aku akan menukarkan 100 tahun pengabdianku dan Jin Hye untukmu.....”
Mendengar ucapan Shin Woon, Xeon langsung mengangkat sebelah tangannya ke udara. Sambil menjentikkan jarinya dengan keras, Xeon berbicara lagi. Tapi kali ini Shi Woon berani sumpah kalau dia mendengar nada gembira atau penuh kemenangan dalam nada bicara pria itu.
“Selamat datang di Ecnahc Dnoces, Shi Woon Min dan Park Jin Hye. Selamat menikmati waktu 100 tahun pengabdian kalian pada kami berdua.”
Dengan ngeri Shi Woon menyaksikan senyum menakutkan terukir di wajah Xeon.
ARC BERAKHIR...
pertukaran nyawa dengan pengabdian seratus tahun? Nggk kebayang deh penderitaan yang akan dijalani
ReplyDeleteYa, itulah sebabnya kita harus berpikir dahulu sebelum bertindak
DeleteSetelah habis membaca ini ada pelajaran yang bisa saya ambil, yaitu bertindaklah dengan pemikirin yang matang jangan sampai keputusan terjebak dengan rasa keinginan, dan pada akhirnya penderitaan yang didapatkan.
ReplyDeleteBetul banget kak
Deleteterlalu gegabah mengambil keputusan., padahal itu akan membuat seumur hidupnya menderita.
ReplyDeleteSemua karena cinta
Deletekeputusan yang diambil karena terburu-buru dan kepanikan hati tentu hasil akhirnya tidak menjadi apa yang diharapkan, akibatnya begitu itu deh
ReplyDelete