(Workshop Street, Michigan – 12 Maret 2011)
Seorang pria muda berkacamata, dalam balutan jaket kulit warna coklat tiba di gerbang Workshop Street. Ia tampak menggenggam tangan sesorang anak lelaki berusia 10 tahun. Pandangan anak itu tidak fokus, lidahnya tebal dan menjulur keluar, menyiratkan ada yang tidak beres pada anak tersebut. Anak itu menyeret-nyeret tangannya, “Ayo Pa, ke sana…. Ayo… ayooo!!!!”
Pria muda itu menuruti keinginan anaknya dengan rasa malas. Sebenarnya bukannya ia tidak sayang pada anaknya, bukan pula ia tidak suka jalan-jalan. Tetapi yang ada di kepalanya adalah bagaimana ia melunasi setumpuk hutang yang menumpuk untuk biaya pengobatan semenjak kelahiran anaknya yang ternyata …. autis ini.
Selama 10 tahun masa perkawinannya secara umum sebenarnya membahagiakan. Tetapi kehadiran anaknya yang tunggal namun autis membuatnya harus selalu mengeluarkan biaya ekstra untuk pendidikan khusus bagi anaknya. Ditambah akhir-akhir ini istrinya sakit-sakitan dan karirnya yang terhenti hanya sebagai guru tidak tetap di sebuah SMA membuatnya tidak punya pilihan lain selain berhutang. Tumpukan hutang yang semakin menggunung ditambah teror dari para debt collector merasa menjadi orang paling malang di dunia.
Dipandanginya arloji emas, hadiah dari ibunya saat pernikahan dahulu. Arloji itulah satu-satunya benda berharga yang masih menempel di dirinya selain 2 lembar 50 dolar yang tersimpan dalam dompetnya yang telah tipis karena digerus arus pengeluaran yang tidak terkontrol.
Pria muda itu melihat sebuah tulisan di antara ramainya hiruk pikuk saat itu : “ECNAHC DNOCES”.
“Ah, aku menemukannya ….” Katanya yang langsung disambung dengan kebisuan sementara anaknya menarik-narik bajunya sekali lagi.
Pria muda itu berpaling ke anaknya lalu menuntun anaknya ke sebuah toko jajanan yang menjual aneka snack dan di sana ia berkata kepada anaknya, “Apa pun yang terjadi tetaplah disini. Ayah ada urusan sebentar.”
“Hummp... Ya deh” jawab anak itu sambil melongo.
Pria muda itu segera berlari ke arah Ecnahc Dnoces berada dan dengan terburu-buru ia membuka pintu kaca itu.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya seorang pria berjas hitam dengan ekspresi dingin dan menakutkan dari balik meja resepsionis.
“Errr, iya. Apa benar ini Ecnahc Dnoces? Saya hendak menukarkan sesuatu sesuatu,” jawab pria muda tersebut.
“Apa yang hendak kau tukarkan, Tuan?” tanya seorang wanita yang tiba-tiba saja keluar dari belakang.
Wanita itu tampak sangat cantik di mata pria itu. Wanita itu berwajah Eropa degan rambut hitam khas Asia. Pakaiannya yang merupakan kombinasi seragam sekolah ala jepang dan kostum Grup Idol. Membuatnya tampak mirip personel AK*48
“Err, ya. Saya hendak menukarkan ini,” kata pria muda itu sembari melepaskan arloji emasnya.
“Anda yakin Pak? Oh ya saya bicara dengan Bapak siapa?” tanya pria yang menjadi resepsionis itu masih dengan ekspresi dingin.
“Jack Roberts.”
“Kau bisa menukarkan lebih dari itu Tuan. Dan semakin tinggi nilai yang kau tukarkan semakin besar yang akan kau dapat,” kata wanita itu sambil mengerlingkan mata ke arah pria muda itu.
“Tapi ini adalah benda berharga terakhir yang aku punya,” jawab Jack.
“Ah…ah..ah! Tidak juga, Nak! Kau masih punya harta berharga satu lagi,” celetuk sang resepsionis.
“Apa itu?”
“Istrimu dan anakmu!”
“Istriku? Kau mau jadikan dia pelacur begitu?” seru pria muda itu marah.
“Oh tidak begitu Tuan. Maafkan kata-kata Xeon yang sangat kasar. Tapi tidak ada maksud dari dirinya untuk mencelakai istri dan anakmu. Mari Tuan, duduklah dan minum teh dahulu,” kata wanita muda itu sambil mempersilakan Jack duduk.
Jack duduk dengan muka sebal, sementara Xeon keluar dari balik meja resepsionis ke arah meja tamu.
“Kami akan tukarkan kehidupanmu bersama anak istrimu yang sekarang dengan kehidupan yang lebih baik bila kau tukarkan hidupmu sekarang, Tuan!” kata Xeon.
Sementara itu wanita itu menyandarkan kepalanya di bahu Jack dan membuat jantung pria muda itu berdebar tidak karuan. Wanita ini sungguh-sungguh membuatnya hampir lepas kendali kalau saja ia tidak ingat janji perkawinan sehidup-semati yang ia buat dengan istrinya dahulu.
“Anda akan mengambil nyawa saya bukan?” tanya Jack.
“Tidak, saya tidak akan mengambil nyawa anda. Nyawa anda juga tidak akan berkurang. Hanya ‘masa kini’ milik anda saja yang anda tukarkan,” jawab Xeon masih juga dengan muka tanpa ekspresi.
“Bagaimana?” tanya resepsionis itu lagi.
“Apa yang akan saya dapatkan jika saya menukarkan ‘masa kini’ saya?”
“Apapun yang anda minta.”
“Termasuk kesempatan kedua?”
“Aw? Apa kesempatan kedua yang dibutuhkan oleh orang seperti anda?” goda si wanita.
Jantung pria itu semakin berdebar tidak karuan, bukan hanya karena tegang akibat konsekuensi yang mungkin akan ia tanggung, tetapi juga karena belahan bukit kembar yang padat dan kenyal serta menonjol dari balik pakaian wanita itu merangsang nafsu kelelakiannya ( Hari ini author agak mesum, yak :v Gak gak, ini karena alurnya memang harus begini).
“Ya, kesempatan kedua juga berlaku. Ceritakan masalah anda!”
“Ah, ya. Saya ini seorang guru SMA. Guru Fisika tepatnya.”
“Oke? Lalu.”
“Tetapi pada masa SMA, saya adalah olimpiadewan fisika yang lumayan handal. Hanya saja… hanya saja… pada babak final olimpiade fisika nasional saat itu…. saya gagal masuk menjadi 3 besar. Saya digagalkan oleh sebuah pertanyaan, perjuangan saya hancur lebur. Semua orang memuja dia, teman baik saya. Segala penghargaan ia dapatkan sementara saya dilupakan. Sementara saya tidak dapat mengikuti olimpiade berikutnya karena saya sudah menginjak kelas 3. Saya terlupakan!!!! Pada masa kuliah pun saya dikalahkan oleh teman-teman yang jauh lebih superior daripada saya!!! Ini tidak adil!!! Saya belajar siang-malam untuk sekedar sejajar dengan yang terendah dari mereka tapi tidak pernah bisa. Saya selalu gagal dalam setiap kompetisi, sementara mereka terus menerus berhasil!!! Kenapa???!!!” cerita pria muda itu berapi-api.
“Dan sekarang, pengabdian saya sebagai guru tidak jua dihargai. Saya tetap saja menjadi Guru Honorer, tidak diberi kesempatan sekali pun menjadi seorang guru tetap. Sementara badai cobaan hidup selalu mendera saya siang dan malam dalam hidup saya yang semakin menyedihkan dari hari ke hari, orang-orang lain dengan kemampuan dan pengabdian yang lebih rendah daripada saya mendapatkan aneka kedudukan dan kemudahan dalam mencari uang. Saya??? Dilupakan sekali lagi!!!!!” lanjutnya masih dengan ekspresi marah berapi-api.
“Oke, saya paham,” kata Xeon, “Manami…!”
“Namaku Visha!!!” jawab wanita itu marah.
“Bodoh, bukannya kau sendiri yang terus merengek untuk dipanggil 'Manami'. Cepat, persiapkan kontrak dan pintunya.”
“Oke bos!!” jawab wanita itu.
(New York – 1 Januari 1980)
Seorang balita berusia 3 tahun tampak bermain dengan spidol di sebuah ruang tamu sebuah rumah sederhana yang terletak di sebuah perumahan.
“Jack, sedang apa kamu?” tanya seorang ibu muda yang membawa sekeranjang pakaian kering ke meja seterika.
“Nyoret!” jawab anak itu cuek.
“Hah, apa sih?” tanya ibunya lagi sembari menghampiri anaknya itu.
Si anak menunjukkan hasil coretannya ke hadapan ibunya dan jantung ibu muda itu hampir saja berhenti karena sangat kagetnya. Pada lantai yang telah penuh oleh tulisan itu terdapat kalimat-kalimat berikut :
1. W= 2000 N
F = 400 N
Panjang lengan beban (lb) = 3 m
Panjang lengan kuasa (lk) = M
Maka M= ….
Jawab : W x lb = F x M
2000 N x 3 m = 400 N x M
6000= 400M
M = 60/4
M = 15 meter
2. Posisi awal batu= 30 meter di atas tanah
Posisi saat ini = 20 meter di atas tanah
Massa batu = 400 gram
Kecepatan batu saat ini =…..
Jawab : EP(1) = m.g.h
= 0.4 x 10 x 30
= 4 x 30
= 120 Joule
EP(2) = m.g.h
= 0.4 x 10 x 20
= 4 x 20
= 80 Joule
EK = EP(1)-EP(2)
½ .m.v2 = EP(1)-EP(2)
½ x 0.4 x v2 = 120-80
0.2v2 = 40
v2= 800
v = 20 m/s
"..................."
“Ini… ini….!! Dari mana kamu belajar hal ini, Nak?”
“Dari buku itu,” jawab anak itu cuek sembari menunjuk sebuah buku yang tergeletak tak jauh di hadapannya.
“Ini buku fisika kelas 2 SMP. Dari mana kamu bisa paham akan hal ini?”
Anak itu hanya diam saja tidak menjawab.
(Youth Arena, Oslo Norwegia – 3 Januari 1990)
“Semoga berhasil, Jack!” kata seorang pria paruh baya berkacamata pada seorang anak lelaki berusia 13 tahun.
“Ingat, kamu harus percaya bahwa kamu bisa!” kata seorang ibu paruh baya pada anak lelaki itu lagi.
“Iya Bu, Yah. Aku pasti akan memenangkan kompetisi ini.”
“Tunjukkan bahwa kita bisa menjadi yang terbaik!” kata pria paruh baya tadi sembari menepuk bahu anak lelaki itu.
“Pasti!” jawab anak itu.
(MIT University, Massachusetts – 4 Februari 1990)
“Pemirsa! Pada hari ini Presiden Amerika, George W Bush akan memberikan penghargaan pada anak ajaib dari New York. Jack Roberts. Pemirsa, apabila anak-anak seusianya biasanya masih duduk di kelas 1 SMP. Jack ini sudah mengenyam pendidikan sebagai siswa kelas 2 SMA. Kejeniusan anak ini pulalah yang akhirnya menghantarkan dirinya menjadi juara 1 Olimpiade Fisika Tingkat Dunia di Oslo, Norwegia pada tanggal 3 Januari yang lalu. Dan seperti bisa anda lihat pemirsa …. Presiden sudah memasuki panggung dan acara akan segera dimulai.”
Setelah pidato dan sambutan yang tidak jelas ujung pangkalnya dari para pembesar akhirnya tampak seorang anak maju ke atas panggung, menerima aneka penghargaan dan piala. Dan tak lupa ucapan selamat dari Presiden Bush.
“Nah, dengan ini tidak akan ada lagi yang akan mengejekku. Tidak akan ada lagi yang namanya kemiskinan. Dan tidak akan ada lagi yang namanya kesusahan. Aku akan menjadi nomor satu!” gumam anak itu dalam hati. Anak itu tak lain dan tak bukan adalah Jack.
Dari antara pengunjung acara itu tampaklah dua orang berpakaian jubah hitam panjang dengan tudung kepala menutupi muka mereka. Mereka adalah seorang pria dan seorang wanita.
“Michael, tidakkah kau merasa bahwa pria itu sudah berlaku curang?” tanya seseorang kepada seseorang.
“Maksudmu, Gabriel?” tanya pria itu.
“Ia minta kembali menjadi seorang anak dengan kemampuan yang setara orang dewasa. Dengan begitu ia bisa menjadi nomor satu di bidangnya. Tidakkah itu tidak adil bagi anak-anak yang lain?”
“Itu bukan urusan kita Gabriel. Itu urusan Xeon dan Ecnahc Dnoces-nya.”
“Mereka merusak hukum alam Michael! Merusak takdir pria itu.”
“Semua terjadi karena ijin-NYA, Gabriel. Apa kau lupa? Tugas kita disini hanya mengawasi saja.”
“Kau ini ….”
“Ah, Sebaiknya kita kembali.”
“Dengarkan aku dulu… hei Michael!!!!”
“Xeon dan Visha akan mengurus orang itu. Hal duniawi bukanlah urusan kita.”
Kedua sosok itu pergi meninggalkan acara itu tanpa ada satupun orang yang menyadarinya.
(International Physics Conference, Manila– 12 Juli 2000)
Ini adalah suatu konferensi di mana seluruh ahli fisika berkumpul untuk saling berdiskusi dan bertukar ilmu dalam bidang fisika. Tema yang dibahas dalam acara ini adalah laser.
“Saya sangat menunggu-nunggu simposium tentang laser sejak 2 tahun yang lalu, Prof Albert, bagaimana menurut pendapat anda mengenai penggunaan laser dalam kedokteran untuk memotong tumor?” tanya seorang pria Turki bersorban dalam balutan jas abu-abu kepada seorang pria botak berkulit pucat.
“Saya rasa hal itu sudah umum dibahas di simposium fisika 3 bulan lalu di Swiss, Tuan Mustafa. Saya lebih tertarik pada karya Doktor Asia itu,” jawab Albert.
“Doktor Roberts? Oh ya dia sangat hebat, penelitiannya soal sinar gamma untuk memperceat pertumbuhan pohon-pohon berkayu keras benar-benar revolusioner!! Berapa usianya?”
“Saya dengar ia baru berusia 23 tahun.”
“Waow, luar biasa!!!”
****
Sekarang … mari kita sambut presentator kita dari Amerika, Doktor Jack Roberts.”
Seluruh hadirin bertepuk tangan menyambut majunya Jack yang naik ke podium dan mulai membacakan makalahnya.
“Saudara-saudari….,” katanya membuka presentasinya.
“Hidup kita dan seluruh makhluk hidup di bumi ini bergantung kepada oksigen dan air. Dua elemen ini adalah elemen tervital dalam kehidupan kita. Selama ini hutan dengan aneka pepohonannya mencukupi kebutuhan kita akan dua hal itu saudara-saudari. Namun penebangan liar merusak semuanya dan kita tidak pernah cukup cepat dalam merestorasi alam kembali. Pepohonan tumbuh dalam waktu yang lebih lama daripada umur kebanyakan manusia, perlu belasan bahkan puluhan tahun untuk menghijaukan kembali hutan yang telah gundul, sementara itu kita harus terus menggunduli hutan karena kebutuhan kita akan laham, kertas, damar, mebel, dan hasil hutan lainnya. Itu semua tidak terelakkan. Tapi kini … saya menawarkan suatu solusi baru : radiasi sinar gamma dengan intensitas tertentu dapat mempercepat pertumbuhan tumbuhan berkayu keras. Penemuan ini saya kembangkan bersama dengan Doktor Profesor B.J Habibie, Ilmuan dari Indonesia yang sayang sekali tidak dapat hadir di sini. Tapi yang pasti dengan penemuan ini kita dapat mempercepat pertumbuhan pohon menjadi 10 sampai 15 tahun lebih cepat. Sebatang tanaman muda katakanlah berusia sebulan yang disinari terus menerus selama seminggu akan tumbuh menjadi layaknya tanaman berusia 8 bulan.”
“Penemuan ini belumlah sempurna saudara-saudari, karena itu saya mengundang rekan-rekan ilmuwan ataupun para investor yang berminat bergabung dengan kami untuk mengembangkan teknologi ini, kami akan menerimanya dengan senang hati. Adapun konsep dasar dari penyinaran ini adalah … bla..bla…bla…!” Jack terus melanjutkan ceramahnya dengan menjabarkan perumusan ilmiah untuk penemuannya.
Sesudah ia selesai dengan ceramahnya, suatu tepuk tangan meriah mengiringi turunnya Jack dari podium kembali ke tempat duduknya. Seluruh hadirin kagum akan kegemilangannya dalam meneliti dan berbicara di hadapan banyak orang. Ia telah bertransformasi menjadi seseorang yang dipuja dan dicari. Jauh berbeda dari kehidupannya yang sebenarnya.
(Workshop Street, Michigan – 12 Maret 2011)
Doktor Jack berdiri di depan tempat itu, tempat yang sama seperti yang ia temukan di kehidupannya pada hari yang sama namun dengan dimensi yang berbeda. Ia langkahkan kakinya memasuki tempat itu dan di sana kembali ia temukan seorang pria berjas hitam dan seorang gadis muda berbalut seragam SMA jepang.
“Ah, saudara Roberts. Ada lagi yang bisa saya bantu?” tanya Xeon.
“Begini Mas... Hidupku memang jauh lebih baik sekarang tapi yang aku tanyakan ke mana perginya anak istriku? Kenapa aku tak pernah bertemu mereka lagi?”
“Kau sudah menukarkan masamu bukan?”
“Aku memang sudah menukarkan masaku. Tetapi bukankah hanya masa yang tukarkan, bukan istri dan anakku!”
“Sabar, Tuan!” kata Visha.
“Bagaimana aku bisa sabar. Sekarang juga katakan di mana istri dan anakku!” bentak Jack.
“Jaga bicara anda Tuan!” kata Visha dengan Psy Ball di kedua tangannya dan matanya yang mengeluarkan sinar putih.
“Woah?” seru Jack terkejut.
Pria berjas yang tak lain adalah Xeon itu datang menghampiri si gadis lalu memegang pundaknya, “Visha, jangan menggunakan kekuatan mu sembarangan!”
Gadis itu menurut namun tampak sekali ia melakukannya dengan terpaksa karena ia langsung merengut sebal. Pria itu mendekati Jack lalu mengulurkan tangannya, “Mari! Akan saya tunjukkan di mana anak dan istri anda saat ini.”
Jack menyambut tangan pria itu dan dalam sekejap mereka sudah menghilang dari tempat itu.
“Itu istrimu!” kata Xeon.
“Eh?” Jack terkejut melihat istrinya hidup bersama pria lain,
“Tapi… kenapa?” tanya Jack lagi
“Kau sudah korbankan masamu bukan? Masa di mana kau hidup dengan anak dan istrimu. Maka dari itu istrimu dan kamu tidak akan pernah bertemu lagi. Kecuali jika kamu melakukan transaksi lagi,” jawab Xeon.
Kabut putih menutupi Xeon dan Jack dan mereka kembali ke Ecnahc Dnoces.
“Bagaimana Tuan? Anda mau bertransaksi lagi?” tanya Visha manja.
“Dan apa harga untuk sebuah masa yang harus kubeli kembali?” tanya Jack.
“Err, biar aku lihat dulu. Ooo untuk setiap jam dari masa yang hilang kau harus membayarnya dengan masa hidupmu selama setahun. Dan kalau boleh jujur Tuan, kau tidak punya masa hidup sepanjang itu. Tapi itu terserah padamu. Hahaha.”
“Kalian… kalian.. bajingan.”
“Bukankah kau dapatkan apa yang kau inginkan, kau menikmatinya, dan selama masa tenggang pembatalan transaksi kau tidak juga membatalkan transaksi. Jadi kalau kau sekarang mengalami hal ini, itu tidak lebih dari kesalahanmu sendiri. Hahaha.”
“Tuan, kalau anda hendak bertransaksi lagi, silakan bertransaksi lagi. Tetapi jika anda hanya hendak menggerutu akan nasib yang anda buat sendiri… silakan keluar dari sini sekarang juga!” kata Xeon dingin.
“Aduh Xeon, kau ini kasar sekali sama pelanggan. Ramahlah sedikit! Tapi… Hahaha aku lupa kalau kamu sudah tidak punya emosi,” kata Visha.
“Jadi kalian mau membantu saya atau tidak?” tanya Jack.
“Tidak…” jawab Xeon.
Wajah Jack merah padam dan dengan penuh kemarahan ia membuka pintu kaca itu lalu membanting pintu itu dengan keras sehingga menarik perhatian penjual dan pengunjung di sekitar tempat itu. Tetapi dalam sekejap timbul dalam benaknya untuk menukar masanya kini dengan masa aslinya terdahulu. Ia tidak peduli lagi dengan ketenaran ini, ia rindu akan istrinya yang lemah lembut dan pandai memasak, ia rindu akan putranya yang meski idiot sangat menyayanginya. Ia bersedia menukarkan apapun bahkan usianya untuk mendapatkan kembali masa itu. Namun ketika ia berbalik menatap tempat itu untuk kembali ke dalamnya…. TEMPAT ITU TELAH MENGHILANG.
“Tidaaaakkkkk!!!!!” jerit pria muda itu histeris di tengah-tengah area Workshop Street.
ARC BERAKHIR
Masa-masa yang hilang, seburuk apapun masa yang di jalani lebih baik di syukuri
ReplyDeleteMemamg bagus merubah nasib. Tapi pikirkan akibatnya :)
DeleteHmmm, kasihan pria itu akhirnya kehilangan semuanya.
ReplyDeleteSekali lagi, penyesalan datang terlambat
Delete