Friday, May 26, 2017

Smile For Me (Episode 1)



Smile For Me

Manusia memiliki mimpi.
Ada yang mengejar dan mewujudkannya,
ada yang mundur dan membuangnya,
ada pula yang diam dan hanya menyimpannya selama sisa hidupnya.
Jika itu Luna Prisha, mungkin dia adalah tipe yang terakhir.

First

Hari ini memiliki cuaca yang cerah dengan mentari yang menyebarkan kehangatan melalui udara, pohon-pohon sedikit bergerak karena tertiup angin pagi, menambah sejuk udara yang dihirup setiap orang. Walau sebenarnya, udara di Ibukota ini sudah tercemar oleh polusi.
Kondisi jalan sudah ramai dengan kendaraan dan pejalan kaki. Kau bisa melihat segerombolan anak-anak SD pergi ke sekolah bersama-sama, juga banyak orang-orang berpakaian rapi terduduk di bangku sebuah Halte dengan wajah tidak sabar.
Pukul 06.50 di depan sebuah sekolah, seorang gadis berseragam abu-abu terlihat  turun dari sebuah mobil sport. Dia berbicara sebentar kepada pengemudi mobil itu, wajahnya tampak seperti sedang merajuk. Beberapa saat kemudian mobil itu pergi, gadis itu berjalan santai memasuki gerbang sekolah. Nama ‘SMA Harapan Negeri’ terukir di atas sana. Dia mendatangi Pos Security dan berbicara dengan salah seorang petugas yang sedang berjaga saat itu. Rupanya dia ingin diantar ke ruang guru karena ia tidak tahu letaknya. Hal itu mengungkapkan bahwa dia bukanlah salah satu murid dari sekolah ini. Mungkin saja dia murid pindahan atau semacamnya.
Sambil merapikan rambutnya yang diikat “Twintail” ia berjalan mengikuti petugas Secutity, wajahnya ia tundukkan ke bawah sambil sesekali memandang ke arah depan, bibirnya ia kerutkan secara gugup, tangannya menggenggam tali tas berwarna hitam yang ia gantungkan di bahu sebelah kiri. Ia memeriksa seragamnya untuk memastikan kalau penampilannya sudah benar-benar rapih.
Ahh, padahal hanya menuju ke ruang guru, tapi aku sudah gugup sampai seperti ini. Mungkin itulah yang dipikirkannya saat itu.



Keadaan di luar gedung sekolah sudah mulai sepi, sepertinya jam pelajaran baru saja dimulai. Gadis itu kini berada di depan sebuah kelas bersama dengan seorang wanita berpakaian rapi dan berkacamata, tertera angka 12-3 di pintunya, mungkin ini menjadi kelas yang akan ia tempati di sekolah ini.  Suara gaduh yang terdengar dari luar kelas mendadak berhenti ketika sosok wanita berkacamata itu memasuki ruangan. Ia meletakan beberapa buku diatas meja, kemudian menatap seisi kelas dengan wajah serius. Dilihat dari penampilannya, kau bisa tahu kalau dia adalah guru sekaligus wali kelas kami. Namanya adalah Bu Anggun.
Sambil membetulkan kacamatanya Bu Anggun mulai berbicara, “Anak-anak sekalian, hari ini kita kedatangan murid baru, dia mulai mengikuti pelajaran di kelas kita hari ini juga.”
“Murid barunya Pria atau Wanita, Bu?” celetuk salah seorang murid laki-laki, sontak seisi kelas menyorakinya sehingga suasana kembali ramai.
“Harap tenang anak-anak sekalian, kalian akan punya kesempatan untuk berkenalan dengannya nanti.”
Kemudian Bu Anggun mempersilahkan gadis itu untuk masuk ke dalam kelas. Dia berjalan masuk ke dalam kelas diikuti dengan pandangan semua penghuni kelas yang penasaran. Betapa terlihat tegang dan gugup dia ketika berdiri di depan papan tulis saat itu. Dia berdiri dengan tangan saling menggenggam rapi ketika cahaya matahari menyinari wajahnya yang kemerahan melalui jendela kelas. Rambut hitam sebahu yang ia ikat 'Twintail' tampak mengkilap, kulit putihnya tampak terang meski dibalut dengan seragam SMA-nya. Wajahnya yang blasteran Asia-Australia terlihat imut membuat seisi kelas terdiam, seolah melihat sosok malaikat di hadapan mereka. 
“Tolong perkenalkan namamu dan asal sekolah kamu,” perintah Bu Anggun dengan nada tegas.
Matanya yang tidak berkedip terbuka lebar dan melihat ke satu titik di depannya. Gadis itu menarik nafas dalam-dalam, lalu mulai berbicara, “Hallo teman-teman, perkenalkan nama ku Luna Prisha, nama panggilan ku “Una”, saya murid pindahan dari Australia.”
“Hallo juga Una, boleh aku minta Nomor mu?” lagi-lagi salah seorang murid laki-laki menyeletuk, sehingga seisi kelas menyorakinya, namun kali ini suara para siswi lah yang terdengar paling jelas. Bu Anggun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah murid-muridnya. Sementara Luna memaksakan senyum sebagai cara untuk menahan rasa malunya.
“Silahkan kamu duduk di kursi yang kosong itu,” perintah Bu guru.
“Baik, Bu.” Luna menjawab, lalu berjalan menuju kursi yang ditunjuk Bu guru. Ia duduk di barisan kedua dari meja guru, di kursi urutan kedua dari belakang yang berjarak satu baris dari jendela. Di sampingnya sudah ada seorang gadis. Luna sangat lega karena mendapatkan teman duduk yang sejenis.  
 “Hai Una,” gadis itu menyapa, “Namaku Dina, salam kenal ya.”
Mereka berjabat tangan disambut dengan senyuman hangat dari keduanya.
“Kamu beneran dari Australia?” Dina bertanya padaku.
“Iya, aku bersekolah disana dari SD sampai SMP. Karena suatu alasan, aku pindah ke Jakarta pada tahun ketiga SMA, dan bersekolah disini.” Luna menjelaskan.
“Oh, kenapa kamu memilih sekolah ini?” Dina bertanya lagi
“Tidak ada alasan khusus. Hanya saja, sekolah ini letaknya yang paling dekat dengan rumah ku.” Luna menjawab.
“Oh, begitu. Luna, semoga nanti kita bisa akrab ya,” Dina tersenyum tipis, “Ups,  lebih baik sekarang kita perhatikan Bu guru yang mulai mengajar, atau kita akan kena masalah.”

Pelajaran pertama pun dimulai, semua murid di kelas bersikap serius sambil memperhatikan Bu Anggun yang sedang menerangkan materi. Namun belum lima menit berlalu, terdengar suara seseorang mengetuk pintu kelas. Bu Anggun serta semua murid di kelas menoleh ke arah pintu, di sana tampak seorang siswa yang sepertinya datang terlambat, wajahnya terlihat muram seperti orang depresi dan kelopak matanya sedikit menghitam seperti orang yang kurang tidur. Dia berjalan menghadap Bu Anggun dan meminta maaf atas keterlambatannya. Bu Anggun pun memaafkannya dan mempersilahkannya duduk, lalu kembali menerangkan materi pelajaran. Ia berjalan menuju kursi paling belakang didekat jendela kelas, yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat Luna.
Luna memperhatikan murid yang terlambat itu dengan sedikit rasa tertarik, mata mereka tiba-tiba bertemu, membuat Luna terkejut sekaligus merinding. Memang sorot mata yang tajam dan menakutkan, namun terlihat kosong.
Huuwaa.... menyeramkan sekali orang itu. Luna berbicara di dalam hati.  Kemudian Luna berbisik kepada Dina, “Erm, Dina. Siapa siswa yang tadi datang terlambat?” tanya Luna.
“Ah dia ya, dia itu... Namanya Rio,” Dina menjawab.
“Rio ya... Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Kenapa wajahnya seperti orang depresi begitu?” Luna kembali bertanya.
Dina tidak langsung menjawab, “Yah, dia sudah seperti itu akhir-akhir ini. Padahal sebelumnya dia itu merupakan orang yang ceria, pandai dalam pelajaran dan juga olahraga. Namun semuanya berubah sekitar dua bulan yang lalu. Keluarganya mengalami kecelakaan fatal saat liburan akhir semester,” Dina berhenti sejenak untuk menarik nafas, “Peristiwa itu telah menyebabkan Ibunya meninggal dunia. Kemudian Rio berubah menjadi seperti sekarang ini.”
“Jadi begitu ya,” Luna mengangguk paham dan kembali bertanya, “Hm, Dina. Apa sebelumnya kamu akrab dengannya?”
“Entahlah, sebenarnya aku tinggal di sebelah rumahnya.” Dina berbisik pelan.
Luna menjadi sedikit tertarik setelah mendengar cerita Dina, gadis itu memainkan rambutnya sambil memikirkan sesuatu.

Bel tanda Istirahat pun berbunyi. Tanpa disadari, Dina sudah menghilang dari tempat duduknya. Ehhhh... sejak kapan dia menghilang? Luna berbicara dalam pikirannya. Beberapa saat kemudian, tempat duduk Luna sudah ramai dikerumuni seluruh murid di kelasnya.  Yah, beginilah nasib murid baru di hari pertama mereka bersekolah. Mereka yang mengerumuni gadis itu menanyakan berbagai macam hal mengenai dirinya atau mengenai tempat dia tinggal dulu. Sungguh melelahkan menjawab pertanyaan mereka satu persatu. Parahnya, hal itu berlangsung selama jam istirahat, Lala membuat Luna tidak sempat memakan bekal makan siangnya.
Jadi, itulah mengapa Dina menghilang tepat setelah bel istirahat berbunyi. Ia tahu kejadiannya akan seperti ini, dan dia memilih untuk melarikan diri.
Jahat sekali, benar-benar tidak bertanggung jawab!


Bersambung...

0 komentar:

Post a Comment

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html